Flipped Classroom, Solusi Efektifitas Pembelajaran Jarak jauh (PJJ), Mau Coba? Halo, para pengunjung Blog pak Ipung di mana saja berada. Bagaimana kabarnya Anda semuanya hari ini?
Pada postingan kali ini, saya akan menuliskan sedikit artikel yang berhubungan dengan model pembelajaran yang saya amati sangat cccok digunakan pada masa Pembelajaran Jarak jauh (PJJ) yang sedang berjalan. Meskipun sudah ada beberapa sekolah yang menerapkan Pembelajaran tatap Muka (PTM) terbatas. Mode apa itu ? Yuk disimak penjelasannya dibawah ini.
Pada tahun 2019 wabah virus yang bernama Covid-19 (Coronavirus Disease 2019) muncul di negara Tiongkok dan menyebar ke seluruh dunia. Sumber penularan kasus Covid 19 masih belum diketahui pasti, tetapi pertama dikaitkan pasar ikan di Wuhan tanggal 18-29 Desember terdapat lima pasien yang dirawat dengan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS).
Sejak 31 Desember 2019 hingga 3 Januari 2020 kasus ini meningkat pesat, ditandai dengan dilaporkannya 44 kasus. Tidak sampai satu bulan, penyakit ini telah menyebar diberbagai provinsi lain di Tiongkok, Thailand, Jepang, dan Korea Selatan.
Di negara Indonesia sendiri, Covid-19 pertama kali dilaporkan pada tanggal 2 Maret 2020 sejumlah dua kasus. Di awal bulan Maret 2020 saat itu juga ada intruksi pemerintah melalui Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat untuk proses pembelajaran secara lansung dihentikan.
Pendidikan yang mulanya berbasis tradisional dimana guru dan peserta didik melaksanakan pembelajaran di kelas, kini harus terhenti dan dialihkan pada pembelajaran jarak jauh (PJJ) baik dengan metode dalam jaringan (daring) maupun luar jaringan (luring).
SMAN 16 Garut sebagai sekolah tepat saya mengajar, sama halnya seperti sekolah lain, akibat situasi pandemi Covid-19 saat ini, harus melaksanakan kegiatan belajar-mengajar dalam bentuk daring atau PJJ.
Pada pelaksanaannya yang saya amati di tempat mengajar, PJJ menimbulkan banyak kesulitan baik dari sisi siswanya maupun dari sisi Bapak/Ibu Guru. Terutama bagi guru yang masih belum terbiasa menggunakan teknologi dalam pembelajarannya.
Pertama mereka harus beradaptasi dulu dengan alat teknologinya dan kedua harus terjadi pembiasaan yang terus menerus. Sehingga sebuah pembelajaran yang bermutu dan esensial sulit untuk dijalankan.
Beberapa guru yang cakap terhadap penggunaan teknologi kekinian, saya amati hanya mengandalkan aplikasi chatting Whatsapp Group dalam melaksanakan proses transfer ilmunya yang lama kelamaan akan sangat membosankan bagi siswa. Mengapa? Ya, hal itu bisa saja terjadi karena tidak adanya kehadiran seorang guru secara langsung dalam suasana pembelajarannya.
Memang penggunaan aplikasi chatting tersebut sangat memudahkan bagi guru dan siswa dalam melaksanakan PJJ secara daring, mereka tidak perlu mendaftarkan akun, tidak perlu lihat fitur-fitur khusus untuk mengakses bahan ajar maupun penilaian. Namun, hal tersebut menurut hemat saya tidak sesuai peruntukannya.
Seperti yang termaktub dalam UU Nomor 14 Tahun 2015, kita ketahui bahwa seorang guru itu memiliki tugas yang sangat mulia dan merupakan pendidik dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Guru harus memiliki sikap profesionalisme yang maksimal, sehingga ketika guru tersebut mendidik peserta didik maka akan menghasilkan generasi yang mampu bersaing dan berakhlak mulia.
Mengapa saya merekomendasikan metode flipped classroom sebagai solusi efektivitas pembelajaran jarak jauh (PJJ)? Hal ini perlu saya uraikan terlebih dahulu penyebab yang timbul di tempat saya mengajar sebagai latar belakangnya. Saya simpulkan berdasarkan apa yang saya amati dan hasil diskusi kecil-kecilan dengan rekan sejawat lainnya.
Saya yang ditugaskan sebagai guru mencoba melakukan scanning terkait masalah muncul dengan mengamati lingkungan, kultur, manajemen, serta hal-hal lain terkait kondisi yang terdapat di unit kerja, serta melakukan diskusi dengan rekan kerja.
Setelah melakukan scanning dan diskusi dengan stakeholder yang ada, saya menemukan beberapa masalah yang diperoleh dan sangat perlu dicari penyebab masalahnya.
Adapun masalah yang saya temukan, diantaranya :
1. Guru belum terampil dalam membuat video pembelajaran untuk bahan PJJ.
Hanya beberapa guru yang sudah terampil dalam membuat video pembelajaran untuk bahan PJJ
Seluruh guru terampil dalam membuat video pembelajaran untuk bahan PJJ
2. Kurang efektifnya Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) pada Mata Pelajaran Matematika.
Dalam refleksi yang dilakukan pihak sekolah, peserta didik mengharapkan guru lebih kreatif lagi dalam memberikan materi kepada peserta didik agar tidak merasa jenuh dan bosan pada saat PJJ.
Guru lebih kreatif lagi dalam memberikan materi kepada peserta didik agar tidak merasa jenuh dan bosan pada saat PJJ.
3. Guru kesulitan dalam mendeteksi plagiarisme dalam pengerjaan tugas siswa.
Jawaban tugas siswa sering sama satu sama lain, sehingga dicurigai mereka melakukan plagiat dalam pengerjaan tugas. Hal ini mempengaruhi nilai siswa yang kurang akurat atau tepat.
Plagiarisme dalam pengerjaan tugas siswa dapat terdeteksi sehingga membangun sikap siswa yang jujur, mandiri dan bertanggung jawab
4. Kurangnya kepedulian peserta didik dalam pengumpulan penugasan harian
Rendahnya partisipasi siswa dalam pengumpulan penugasan harian padahal tugas yang diberikan merupakan level C1-C3.
Peserta didik aktif dalam pengumpulan penugasan harian jika terjadi kendala segera mereka memberitahukan kepada guru terkait kendala yang mereka hadapi.
5. Sekolah belum memiliki website dalam mendukung PJJ peserta didik
Website sekolah tidak bisa diakses sehingga informasi ke publik menjadi terhambat
Website sekolah yang dapat diakses dan terbitnya konten-konten pembelajaran yang mendukung PJJ secara kontinyu.
Saya menetapkan prioritas masalah yang menjadi fokus dan segera diselesaikan, yaitu “Kurang efektifnya Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) pada Mata Pelajaran Matematika”.
Apabila masalah tersebut tidak cepat diselesaikan akan berdampak pada hal-hal di bawah ini.
1. Pembelajaran jarak jauh menjadi monoton.
2. Menurunnya motivasi belajar peserta didik dalam mengikuti pembelajaran.
3. Capaian hasil belajar peserta didik akan menurun
4. Kurangnya partisipasi siswa dalam mengumpulkan tugas karena pembelajaran yang ia terima tidak mampu memahamkan sehingga membuat siswa tidak mengerjakan tugas, dan
5. Ketuntasan belajar peserta didik menjadi rendah.
Selain dilakukan identifikasi masalah dari di lingkungan kerja, pada rancangan ini juga turut dilakukan fishbone analysis untuk mengetahui penyebab masalah yang telah ditetapkan. Alexandra (2019) menjelaskan bahwa Fishbone Analysis atau yang sering disebut juga Cause Effect Diagram merupakan sebuah metode yang digunakan untuk membantu memecahkan masalah yang ada dengan melakukan analisis sebab dan akibat dari suatu keadaan dalam sebuah diagram yang terlihat seperti tulang ikan.
Kelebihan Fishbone diagram adalah dapat menjabarkan setiap masalah yang terjadi dan setiap orang yang terlibat di dalamnya dapat menyumbangkan saran yang mungkin menjadi penyebab masalah tersebut. Maka dari itu, akan dijabarkan 4 faktor yaitu: man (tenaga kerja), method (metode atau proses), material (termasuk bahan dan informasi), dan environment (lingkungan).
Guru yang hebat adalah guru yang mampu mengubah mindset dan menepis anggapan bahwa matematika itu sulit dipelajari.
Dalam hal ini penulis mengajukan gagasan penyelesaian masalah di atas dengan menerapkan metode pembelajaran flipped classroom pada mata pelajaran matematika siswa kelas X.
Bergmann & Sams (2012) berpendapat bahwa pada dasarnya konsep flipped classroom adalah membalik aktivitas pembelajaran, yakni aktivitas pembelajaran yang biasanya diselesaikan di kelas sekarang dapat diselesaikan di rumah dan aktivitas pembelajaran yang biasanya dikerjakan di rumah sekarang dapat diselesaikan di kelas.
Peserta didik membaca materi, menonton video pembelajaran sebelum mereka datang ke kelas dan mereka mulai berdiskusi, bertukar pengetahuan, menyelesaikan masalah, dengan bantuan siswa lain maupun guru, melatih siswa mengembangkan kefasihan prosedural jika diperlukan, inspirasi dan membantu mereka dengan proyekproyek yang menantang dengan memberikan kontrol belajar yang lebih besar.
Pada pendekatan baru ini, peserta didik menonton video yang berubungan dengan materi yang dipelajari dan mempersiapkan pertanyaan atau permasalahan yang tidak mereka mengerti.
Pada saat di kelas, peserta didik berperan dalam kegiatan aktif, seperti problem solving (individu atau grup), diskusi atau kegiatan kelompok. Kemajuan teknologi saat ini membuat guru lebih mudah menerapkan konsep flipped classroom.
Video penjelasan materi pembelajaran saat ini tersedia secara online, menjadikan teknologi ini lebih umum di dunia pendidikan dan pengajar pun tidak perlu mempersiapkan video pembelajaran, namun bisa dengan mudah mengunggah dari internet, misalnya Youtube, Khan Academy, dll.
Menurut Bergmann & Sams (dalam Mutmainah, 2019) metode flipped classroom memiliki kelebihan, yaitu: (a) menjawab tantangan peserta didik masa kini; (b)membantu peserta didik yang memiliki banyak kegiatan di luar sekolah; (c) membantu peserta didik yang mau berusaha untuk memahami materi belajar; (d) membantu semua peserta didik untuk menjadi yang terbaik;
(e) memungkinkan peserta didik untuk mengendalikan “pendidik”; (f) meningkatkan interaksi antara peserta didik dengan pendidik; (g) memungkinkan pendidik memahami peserta didik lebih baik lagi; (h) meningkatkan interaksi antar peserta didik; (i) memungkinkan fasilitasi terhadap perbedaan karakteristik peserta didik; (j) mengubah manajemen kelas;
(k) mengubah cara pendidik berkomunikasi dengan orangtua; (l) mengedukasi orangtua; (m) membuat kelas menjadi terbuka, dapat diakses oleh siapa saja; (n) merupakan teknik yang baik untuk digunakan ketika pendidik tidak dapat hadir di kelas.
Dengan keunggulan-keunggulan metode flipped classroom yang sudah dipaparkan, maka saya memilih menggunakan metode ini dalam upaya memecahkan permasalahan PJJ di SMA Negeri 16 Garut.
Adapun kegiatan-kegiatan yang saya lakukan, yaitu:
1. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
2. Membuat bahan ajar matematika berbasis PDF,
3. Mencari, menemukan dan memilih konten digital berbentuk video Youtube dan Instagram yang relevan,
4. Membuat kelas maya menggunakan aplikasi Google Classroom
5. Melaksanakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) menggunakan metode Flipped Classroom,
8. Melaksanakan penilaian harian berbasis online.
Saya berharap semoga uraian di atas mampu menambah wawasan kita semua untuk melaksanakan pemeblajaran dengan metode yang tepat. Sehingga dalam memfasilitasi proses belajar mengajar bersama para siswa di kelas berjalan dengan apa yang diharapkan.
Selain itu diharapkan dengan adanya bahasan ini, kita semakin kaya akan pendekatan-pendekatan baru dalam melaksanakan Pembelajaran Jarak jauh (PJJ) yang lebih optimal.
0 Komentar